FKP dengan tuan rumah ANU Indonesia Project, Selasa 25 Maret 2025 dengan pemateri Dina Pramudianti (Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan dan ISS Erasmus University Rotterdam)
Sumber daya alam seharusnya menjadi berkah bagi kemajuan suatu daerah. Namun, di balik pendapatan yang dihasilkan dari sektor pertambangan, ada dampak yang seringkali tersembunyi dan jarang terungkap yaitu apakah kekayaan tersebut benar-benar meningkatkan kualitas hidup penduduk setempat? Paradox sering terjadi dengan adanya fenomena “kutukan sumber daya alam” di mana daerah kaya sumberdaya tambang justru menghadapi tantangan sosial-ekonomi yang lebih besar. Untuk mendiskusikan hal ini Forum Kajian Pembangunan mengadakan webinar dengan merujuk pada artikel yang terbit pada Bulletin of Indonesian Economic Studies (BIES) Health and extractive resources: a research note based on evidence from Indonesian districts (open access).
Mengawali presentasinya, Dina Pramudianti (ISS Erasmus University Rotterdam dan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan) membahas perdebatan antara fenomena resource curse (kutukan sumber daya alam) dan resource blessing (berkah sumber daya alam). Dina menekankan bahwa untuk Indonesia, pengelolaan yang tepat dari sektor pertambangan sangat penting untuk mengubahnya menjadi berkah bagi masyarakat, terutama dalam sektor kesehatan. Lebih lanjut Dina menjelaskan latar belakang penelitiannya yang berfokus pada dampak ketergantungan pada sumber daya alam terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan ketergantungan tinggi pada sektor pertambangan dipandang perlu untuk mengevaluasi apakah kekayaan mineral benar-benar membawa manfaat sosial, terutama dalam hal akses terhadap layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai apakah ketergantungan pada pertambangan benar-benar mengarah pada peningkatan kualitas hidup atau justru sebaliknya, memperburuk masalah sosial dan kesehatan.
Dina menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menganalisis data panel tahunan dari 457 kabupaten di Indonesia antara tahun 2010 hingga 2020. Dalam penelitiannya, Dina menggunakan model fixed effects untuk mengontrol variasi yang ada antar daerah dan tren waktu yang dapat mempengaruhi hasil. Model ini memungkinkan untuk mengisolasi dampak ketergantungan pada sektor pertambangan terhadap indikator kesehatan, seperti tingkat morbiditas, cakupan imunisasi anak, dan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketergantungan daerah terhadap sektor pertambangan, yang diukur melalui kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Selain itu, Dina juga mempertimbangkan variabel kontrol, seperti tingkat kemiskinan, PDRB per kapita, dan jumlah penduduk, untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh tidak terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Dengan data yang mencakup hampir seluruh kabupaten di Indonesia, penelitian ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai dampak sektor pertambangan terhadap kesehatan masyarakat di tingkat subnasional.
Hasil penelitian Dina menunjukkan beberapa temuan yang signifikan mengenai dampak ketergantungan pada sektor pertambangan terhadap kesehatan masyarakat. Pertama, daerah dengan ketergantungan tinggi pada sektor pertambangan mengalami peningkatan tingkat morbiditas, dengan setiap kenaikan 1% kontribusi pertambangan terhadap PDRB daerah terkait dengan peningkatan 0,25% pada tingkat morbiditas. Meskipun pendapatan rumah tangga di daerah-daerah tersebut lebih tinggi, tidak ditemukan adanya peningkatan dalam layanan kesehatan publik, seperti cakupan imunisasi anak atau persalinan oleh tenaga medis terlatih. Selain itu, meskipun pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan lebih tinggi, hal ini lebih disebabkan oleh meningkatnya pendapatan, bukan karena perbaikan kualitas layanan kesehatan. Berdasarkan temuan-temuan ini, Dina merekomendasikan pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan mandatory spending untuk sektor kesehatan, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya alam agar hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dalam sesi tanya jawab salah satu peserta mempertanyakan apakah fenomena spillover tenaga kerja dapat terjadi di daerah pertambangan. Pertanyaan ini mengangkat kemungkinan bahwa meskipun sektor pertambangan berkembang pesat, banyak daerah yang tidak mampu menyerap tenaga kerja lokal, sehingga pekerja dari luar daerah yang justru mengisi posisi-posisi tersebut. Dina menjawab dengan mengakui bahwa fenomena tersebut sangat mungkin terjadi, terutama karena sektor pertambangan sering membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan teknis yang tidak dimiliki oleh tenaga kerja lokal. Hal ini mengarah pada permasalahan distribusi ekonomi yang tidak merata, di mana daerah penghasil tambang justru tidak mendapat manfaat maksimal dari pendapatan yang dihasilkan. Dina menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk menggali lebih dalam dampak dari spillover ini terhadap ekonomi lokal dan bagaimana kebijakan dapat diperbaiki untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja lokal di sektor pertambangan.
Leave A Comment