FKP dengan tuan rumah Badan Pusat Statistik (BPS)
Acara ini menghadirkan diskusi mendalam mengenai tantangan ketahanan pangan dan lingkungan di tengah perubahan iklim dan aktivitas ekonomi. Penelitian pertama menyoroti bagaimana perubahan suhu, curah hujan, dan bencana memengaruhi produksi padi di Indonesia. Penelitian kedua membahas dampak efisiensi pelabuhan terhadap kualitas udara di Batam, di mana peningkatan lalu lintas kapal menyebabkan lonjakan emisi pencemar meskipun operasional lebih efisien. Melalui acara ini, para peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi akan berdiskusi mengenai strategi mitigasi, kebijakan berkelanjutan, serta teknologi untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Presentasi 1. Tantangan menjaga ketahanan produksi padi di tengah perubahan iklim
Dewi Krismawati, Valent Gigih Saputri dan I Nyoman Setiawan (Badan Pusat Statistik)
Iklim dapat berubah karena faktor alam maupun aktivitas mansusia. Fenomena perubahan iklim yang terjadi menghasilkan pola menyimpang dari pola normal yang berdampak pada perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu udara dan peningkatan bencana alam. Kondisi tersebut memberi ancaman pada ketahanan pangan, salah satunya produksi padi sebagai komoditas pangan utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak suhu, curah hujan dan kejadian bencana terhadap perubahan produksi padi selama tahun 2018 hingga 2024 di seluruh provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan suhu, curah hujan dan kejadian bencana berpengaruh signifikan terhadap perubahan produksi padi. Dari ketiga variabel tersebut, suhu menjadi variabel terpenting dalam memengaruhi perubahan produksi padi, selanjutnya diikuti oleh variabel curah hujan dan kejadian bencana. Hal menarik lainnya, perubahan produksi pada setiap subround menjadi indikasi adanya kecenderungan waktu tertentu bagi petani untuk menanam padi. Dilihat berdasarkan ketahanan terhadap perubahan iklim, hampir sebagian besar provinsi di Indonesia menghasilkan produksi padi yang cukup stabil dengan suhu dan curah hujan moderat serta frekuensi bencana yang rendah. Menyikapi perubahan iklim yang tidak bisa dihindari, pemerintah perlu mengedepankan kebijakan pertanian yang berorientasi dari hulu ke hilir dengan memanfaatkan teknologi, mulai dari penanaman, pemeliharaan hingga pasca panen.
Presentasi 2. Mengukur jejak kualitas udara lalu lintas kapal di Batam
Dhiar Niken Larasati dan Ranu Yulianto (Badan Pusat Statistik)
Penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara efisiensi operasional pelabuhan dan dampaknya terhadap kualitas udara, dengan fokus pada delapan Pelabuhan (pelabuhan Batu Ampar, Batam Center, Telaga Punggur, Sekupang, Teluk Senimba, Senggulung Batam, Harbour Bay, dan Kabil Nongsa) di Batam. Meskipun peningkatan efisiensi operasional pelabuhan, seperti penurunan waktu tunggu kapal, sering diasosiasikan dengan pengurangan dampak lingkungan, data menunjukkan adanya peningkatan signifikan emisi gas pencemar seperti sulfur dioksida (SO₂) dan nitrogen oksida (NOx) dari tahun 2019 hingga 2023. Paradoks ini muncul akibat peningkatan lalu lintas kapal yang signifikan, yang didorong oleh pertumbuhan aktivitas ekonomi dan perdagangan di wilayah tersebut.
Dengan menggunakan data dari Automatic Identification System (AIS), penelitian ini mengidentifikasi tren peningkatan kunjungan kapal, khususnya kapal kargo dan tanker, yang mencapai kenaikan 30–50% dalam periode tersebut. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa meskipun waktu tunggu kapal di pelabuhan berkurang, peningkatan jumlah kapal yang beroperasi di wilayah tersebut menyebabkan peningkatan emisi. Hal ini diperburuk oleh penggunaan bahan bakar berkandungan sulfur tinggi oleh kapal-kapal tersebut, yang menjadi kontributor utama emisi gas pencemar.
Penelitian ini juga membahas bagaimana efisiensi operasional pelabuhan, seperti optimalisasi alur bongkar muat dan pengurangan waktu tunggu di area pelabuhan, dapat memengaruhi dinamika emisi. Namun, peningkatan jumlah kapal yang diakomodasi akibat efisiensi tersebut justru memperbesar dampak pencemaran udara. Selain itu, faktor eksternal seperti aktivitas transportasi darat di sekitar pelabuhan dan industri di sekitarnya turut menyumbang pada penurunan kualitas udara.
Sebagai langkah mitigasi, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi, termasuk penggunaan bahan bakar rendah sulfur atau bahan bakar alternatif seperti LNG, penerapan teknologi scrubber pada kapal untuk menyaring emisi sebelum dilepaskan ke atmosfer, serta implementasi regulasi lingkungan yang lebih ketat. Rekomendasi ini diharapkan dapat membantu pengelola pelabuhan dan pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami kompleksitas hubungan antara efisiensi pelabuhan, lalu lintas kapal, dan kualitas udara, serta menawarkan solusi strategis untuk mengelola dampak lingkungan di wilayah pelabuhan Batam. Temuan ini juga dapat menjadi acuan bagi pelabuhan lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa dalam mengelola efisiensi operasional sekaligus menjaga kualitas lingkungan.
Selasa, 4 Februari 2024 jam 09.00-11.00 WIB
Daring dalam Bahasa Indonesia. Registrasi bit.ly/fkp0204
Thumbnail picture by Md. Hasanuzzaman Himel/Unsplash
Slides and video for past seminars:
Leave A Comment