FKP dengan tuan rumah Universitas Padjadjaran dengan narasumber Tri Mulyaningsih, PhD (Universitas Sebelas Maret), Vitri Widyaningsih, PhD (Universitas Sebelas Maret), Riki Relaksana (Universitas Padjadjaran), Profesor Dewi Marhaeni Diah Herawati (Universitas Padjadjaran). Rabu, 21 Februari 2024.
KEY POINTS:
- Indonesia menghadapi tantangan besar terkait angka morbiditas dan mortalitas ibu, bayi baru lahir, dan anak-anak yang masih tinggi. Faktor-faktor seperti kekurangan mikronutrien pada ibu menyusui, yang dapat mengganggu kualitas dan kuantitas ASI, serta rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif, menjadi penyebab utama masalah kesehatan ini. Dampaknya tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada aspek ekonomi keluarga, termasuk penurunan kemampuan kognitif pada generasi mendatang dan peningkatan biaya kesehatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan ASI eksklusif.
- Meskipun terdapat upaya perbaikan melalui peningkatan jumlah kunjungan antenatal care dan perawatan pasca melahirkan, cakupan pelayanan kesehatan tersebut masih belum optimal. Kendala akses terutama dirasakan di daerah terpencil atau pulau-pulau terpencil, yang dapat mengakibatkan kondisi emergensi yang membutuhkan penanganan cepat. Selain itu, perawatan pasca melahirkan juga menghadapi tantangan dalam edukasi tentang pemberian ASI eksklusif serta dukungan keluarga dan lingkungan.
SUMMARY
- Angka morbiditas dan mortalitas ibu, bayi baru lahir, dan anak yang masih tinggi di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian besar dari pemerintah dan akademisi. Salah satu sebabnya adalah kesenjangan pelayanan kesehatan dan kesulitan dalam mengakses layanan bagi ibu, terutama layanan pasca melahirkan di daerah pedesaan. Kondisi geografis Indonesia memberikan tantangan tersendiri untuk menyediakan layanan kesehatan berkualitas tinggi bagi perempuan dan anak-anak. Professor Dewi Marhaeni Diah Herawati dari Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran menggarisbawahi bahwa hampir seluruh negara berpenghasilan rendah dan menengah mengalami permasalahan triple burden malnutrition (wasting, stunting, dan obesitas). Masalah tersebut ditemui mulai dari balita, remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui.
- Studi Prof Dewi di Kabupaten Sumedang menemukan bahwa meskipun kebutuhan makronutrien ibu menyusui terpenuhi, masih terdapat kekurangan mikronutrien yang signifikan. Makronutrien yang meliputi energi, karbohidrat, lemak, dan protein, memang penting, namun mikronutrien seperti vitamin dan mineral juga tak kalah krusial meski dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil. Penelitian ini menyoroti bahwa kekurangan mikronutrien bisa berdampak besar pada kesehatan bayi dan ibu. Dari 11 jenis mikronutrien yang dianalisa, ditemukan bahwa 6 di antaranya seringkali tidak mencukupi, yaitu vitamin B6, vitamin C, niacin (vitamin B3), kalsium, vitamin B12, dan vitamin A.
- Kekurangan nutrisi-nutrisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas ASI yang dihasilkan oleh ibu. Ini adalah masalah serius karena bayi, khususnya pada usia 0-6 bulan, sangat bergantung pada ASI sebagai satu-satunya sumber gizi. ASI yang tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan risiko infeksi, dan mempengaruhi kesehatan otak yang sedang berkembang. Masa bayi dianggap sebagai periode emas yang menentukan kualitas hidup di masa depan.
- Riki Relaksana dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran menambahkan bagaimana permasalahan kesehatan ibu pasca melahirkan dapat berdampak pada aspek ekonomi keluarga. Apabila terjadi gangguan kesehatan terhadap ibu, timbul berbagai biaya secara langsung maupun tidak langsung. Temuan dari penelitian Riki Relaksana tahun 2017 menunjukkan bahwa hanya separuh dari bayi yang benar-benar memperoleh ASI. Rendahnya tingkat pemberian ASI memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Menurut penelitian, ketika bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif, negara bisa mengalami kerugian hingga 0,5% dari Pendapatan Nasional Bruto (PNB).
- Dampak dari tidak diberinya ASI secara eksklusif terhadap ekonomi dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, terjadi penurunan kemampuan kognitif pada generasi mendatang yang berpotensi mempengaruhi produktivitas dan pendapatan mereka di pasar tenaga kerja. Selain itu, risiko kematian ibu dan bayi juga menjadi beban ekonomi yang besar, baik dalam hal kehilangan nyawa maupun potensi kontribusi mereka terhadap perekonomian. Biaya kesehatan juga meningkat karena bayi yang tidak diberi ASI eksklusif lebih rentan terhadap penyakit seperti diare dan pneumonia. Ini menyebabkan pengeluaran tambahan untuk perawatan medis dan obat-obatan. Selain biaya langsung, ada juga biaya tidak langsung yang timbul, seperti ketika orang tua harus mengambil cuti atau izin kerja untuk mengantar bayi ke layanan kesehatan. Selain itu, biaya penggantian susu formula juga menjadi beban tambahan bagi keluarga, meskipun susu formula tidak sebaik ASI dalam memberikan nutrisi pada bayi.
- Vitri Widyaningsih, pengajar di Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, menjelaskan bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam perawatan pasca melahirkan. Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan pasca melahirkan merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi. Namun, masih terdapat sejumlah kendala dalam akses dan kualitas pelayanan tersebut di Indonesia.
- Sejak tahun 2021, rekomendasi Kementerian Kesehatan telah mengubah jumlah kunjungan antenatal care (ANC) yang direkomendasikan, dari empat kunjungan menjadi enam kunjungan. Namun, cakupan pelayanan antenatal care masih belum optimal, dengan hanya sekitar 70% ibu hamil yang mendapatkan enam kali kunjungan tersebut. Akses terhadap pelayanan kesehatan saat persalinan masih menjadi masalah, terutama di daerah terpencil atau pulau-pulau terpencil. Keterlambatan akses ini dapat berpotensi mengakibatkan kondisi emergensi yang membutuhkan penanganan cepat.
- Perawatan pasca melahirkan juga menjadi perhatian penting. Meskipun cakupan kunjungan pasca melahirkan (PNC) sudah cukup baik, dengan lebih dari 70% ibu yang mendapatkannya, namun masih terdapat penurunan signifikan dalam cakupan kunjungan pasca melahirkan yang menyeluruh. Salah satu aspek yang masih kurang dalam perawatan pasca melahirkan adalah pendidikan tentang pemberian ASI eksklusif. Faktor-faktor seperti dukungan keluarga dan lingkungan juga turut memengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif ini.