Pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia menghadapi tantangan multidimensional yang memerlukan perhatian mendalam. Tantangan ini semakin kompleks dengan dampak pandemi COVID-19 yang berdampak besar pada pasar tenaga kerja khususnya bagi lulusan baru. Di sisi lain, ageing population (penduduk yang menua) menambah dimensi baru dalam permasalahan sosial ekonomi, yang menuntut kebijakan yang responsif dan berkelanjutan.
Inklusi keuangan memainkan peran penting dalam mendukung mobilitas sosial ekonomi, khususnya mendukung mobilitas masyarakat untuk meningkat menjadi kelompok kelas menengah. Seminar ini membahas penelitian yang mengkaji ketiga isu tersebut, dengan fokus pada perubahan demografis dan sosial-ekonomi yang tengah terjadi di Indonesia.
Moderator: Anna Triana Falentina (BPS Provinsi Bali)
Program dan narasumber (abstrak di bawah):
09:00-09.05 WIB | Pembukaan |
09.05-09.30 WIB | Topik 1. Luh Gde Meydhianawati (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana) dan I Gusti Agung Ayu Apsari Anandari (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana): Can new graduates enter middle-class jobs during the Covid-19 pandemic in Bali? |
09.30-09.55 WIB | Topik 2. Nuri Taufiq, I Made Giri Suyasa dan Lili Retnosari (Direktorat Statistik Ketahanan Sosial BPS-RI): The role of financial inclusion in promoting middle-class mobility in Indonesia |
09.55-10.20 WIB | Topik 3. I Gede Heprin Prayasta dan Ni Gusti Putu Ayu Sri Lestari (BPS Provinsi Bali): Indonesia silver economy index: multidimensional approaches to the economics of ageing population |
10.20-11.00 WIB | Q&A |
Rabu, 4 Desember 2024 jam 09.00-11.00 WIB (GMT+7)
Seminar ini diselenggarakan bersama BPS Provinsi Bali dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayan. Daring dalam Bahasa Indonesia
Registrasi: bit.ly/fkp1204
Abstrak
1. Can new graduates enter middle-class jobs during the Covid-19 pandemic in Bali?
Luh Gde Meydhianawati (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana) dan I Gusti Agung Ayu Apsari Anandari (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana)
A middle-class job is defined as a job that pays a level of income and gives a certain level of job satisfaction, benefits, and security commensurate with the expectations of a middle-class population (The World Bank, 2021). Meanwhile, Bali’s performance in encouraging the growth of middle-class jobs is still relatively low, particularly for youth (new graduates), which is considered crucial in economic development. Using the 2019 and 2021 National Labor Force Surveys (Sakernas), this study examines the possibility of new graduates entering middle-class jobs in Indonesia and the socioeconomic factors that may be driving the process during and post COVID-19 pandemic. By employing a logit model, we hypothesizes that new graduates have a lower chance of becoming middle-class workers in both periods. This study also shows a greater chance of becoming middle-class workers to new graduating males during the pandemic than in the previous period. Besides gender, other characteristics that can increase the opportunities to enter middle-class jobs are living in urban areas, having higher education, and being married. In addition, three dominant sectors support middle-class jobs for new graduates: service activities.
Kelas menengah di Indonesia saat ini menghadapi stagnasi ekonomi dan kesulitan untuk naik kelas. Selama periode 2019-2024, jumlah penduduk kelas menengah mengalami penurunan sebesar 16,35 persen, meskipun tingkat inklusi keuangan di Indonesia menunjukkan tren peningkatan hingga mencapai 88,7 persen pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana inklusi keuangan mempengaruhi kesejahteraan kelas menengah di Indonesia—area yang belum banyak dibahas secara spesifik, karena sebagian besar kajian terdahulu lebih berfokus pada dampaknya terhadap pengentasan kemiskinan. Dengan menggunakan data Susenas Maret 2023 dan Podes 2021, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa inklusi keuangan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan kelas menengah, serta meningkatkan peluang mereka untuk naik ke kelas atas. Investasi sebagai sumber pembiayaan rumah tangga terbukti menjadi bentuk inklusi keuangan yang paling berpengaruh, dengan odds ratio sebesar 4,14. Selain itu, penelitian ini menekankan pentingnya literasi keuangan dalam memaksimalkan manfaat inklusi keuangan. Inklusi keuangan bukan hanya instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga menjadi motor penggerak utama mobilitas ekonomi kelas menengah. Edukasi keuangan yang tepat memungkinkan masyarakat membuat keputusan finansial yang lebih bijak, khususnya dalam pengelolaan investasi, yang ditemukan sebagai faktor kunci untuk memfasilitasi mobilitas ekonomi ke strata sosial yang lebih tinggi.
3. Indonesia silver economy index: multidimensional approaches to the economics of ageing populationI
Gede Heprin Prayasta dan Ni Gusti Putu Ayu Sri Lestari (BPS Provinsi Bali)
Tren peningkatan persentase penduduk lanjut usia di Indonesia telah melampui penduduk yang lahir (usia 0-4 tahun) sejak tahun 2019. Lansia mempunyai potensi besar untuk mencapai tujuan pembangunan inklusif karena merupakan kontributor besar dari komponen konsumsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi ekonomi perak dari penduduk lansia di seluruh provinsi di Indonesia. Data statistik penduduk lanjut usia dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) untuk menyusun indeks komposit. Teknologi dan tingkat kesejahteraan memegang peran penting dalam potensi ekonomi perak. Provinsi DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi dan Jawa Tengah tercatat memiliki posisi dengan indeks ekonomi perak terendah.
Thumbnail photo by Andika Febrian on Unsplash
Slides and video for past seminars:
Leave A Comment