FKP hosted by WRI Indonesia dengan narasumber Prof. Fahmuddin Agus (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dan Ratna Rizki Amalia (Badan Pusat Statistik). Jumat, 3 Mei 2024
KEY POINTS:
- Pengelolaan nutrisi agroekologi penting dalam mencapai swasembada padi yang berkelanjutan di Indonesia. Pendekatan ini menggabungkan prinsip ekologi dan praktik pertanian untuk penggunaan nutrisi yang efisien, mengurangi dampak lingkungan, dan memastikan keberlanjutan pertanian. Selain itu, pengelolaan air dan rotasi tanaman juga memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan kesehatan tanah.
- Peningkatan produksi beras juga dapat dilakukan dengan mempersempit kesenjangan dalam produktivitas padi antara Jawa dan luar Jawa. Faktor-faktor seperti akses irigasi, penggunaan pupuk, dan benih hibrida yang rendah di luar Jawa berkontribusi pada rendahnya produktivitas. Dengan peningkatan akses irigasi, penggunaan pupuk, penerapan sistem tanam jajar legowo, dan peningkatan keanggotaan dalam kelompok tani, kesenjangan ini dapat dipersempit, sehingga meningkatkan produktivitas padi di luar Jawa.
SUMMARY
- Indonesia berupaya mencapai swasembada padi berkelanjutan melalui pengelolaan nutrisi agroekologi. Pendekatan ini menggabungkan prinsip ekologi dan praktik pertanian untuk penggunaan nutrisi yang efisien, mengurangi dampak lingkungan, dan memastikan keberlanjutan pertanian. Untuk mencapai swasembada padi, Indonesia menggunakan dua pendekatan yaitu pengelolaan nutrisi agroekologi dan mengendalikan konversi lahan sawah. Profesor Fahmuddin Agus dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan bahwa untuk menutup kesenjangan hasil panen dibutuhkan pemupukan seimbang, penggunaan bahan organik dan pupuk hayati, serta rotasi tanaman. Pemetaan status nutrisi tanah menunjukkan daerah dengan tingkat fosfor (P) tinggi ada di Jawa dan kalium (K) tinggi di Bali dan Indonesia Timur. Perlu pemupukan kimia seimbang didasarkan pada hasil uji tanah, dengan rekomendasi spesifik untuk fosfor dan kalium.
- Selain nutrisi, pengelolaan air juga menjadi bagian penting. Sistem irigasi tradisional seperti Subak di Bali menggunakan air secara efisien. Irigasi yang teratur memastikan penggunaan air yang efektif, dan teknik pengeringan dan pembasahan bergantian mengurangi penggunaan air dan emisi metana. Selain itu, sistem pertanian inovatif dan rotasi tanaman juga penting untuk kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati. Rotasi tanaman dengan padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah dapat memberikan hasil lebih tinggi.
- Untuk mencapai target pemerintah berupa peningkatan hasil padi dari 40 kg/ha/tahun menjadi 74 kg/ha/tahun, ada dua hal yang perlu perlu dilakukan. Pertama, mengurangi konversi lahan sawah secara signifikan. Hal ini adalah kunci untuk mencapai hasil panen 7,3 ton/ha pada tahun 2050. Kedua, pemerintah harus memastikan distribusi pupuk yang tepat waktu serta mendukung petani dengan pengetahuan praktis tentang penggunaan pupuk organik. Pengelolaan nutrisi agroekologi menyediakan nutrisi yang cukup dan seimbang serta mendukung keberlanjutan lingkungan.
- Untuk mendapatkan hasil pertanian padi yang dibutuhkan, aspek lain yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah adanya kesenjangan produktivitas pertanian padi di Jawa dan luar Jawa. Ratna Rizki Amalia dari Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penelitian tentang kesenjangan produktivitas tersebut menggunakan data dari Survei Ubinan 2018 yang mencakup 63.071 rumah tangga usaha padi sawah. Hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas padi di luar Jawa lebih rendah dibandingkan di Jawa. Beberapa faktor seperti irigasi, penggunaan pupuk, dan penerapan pola tanam jajar legowo memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas padi. Akses terhadap irigasi dan penggunaan pupuk di luar Jawa masih rendah, yang berdampak pada rendahnya produktivitas padi. Selain itu, tingkat penggunaan benih hibrida juga masih rendah, hanya sekitar 6,28 persen di luar Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa ada potensi peningkatan produktivitas padi dengan meningkatkan akses irigasi, penggunaan pupuk, dan benih hibrida.
- Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa kesenjangan produktivitas padi antara Jawa dan luar Jawa masih signifikan, sekitar 32 persen. Namun, kesenjangan ini dapat dipersempit dengan peningkatan akses irigasi, penggunaan pupuk, penerapan sistem tanam jajar legowo, dan peningkatan keanggotaan dalam kelompok tani. Upaya peningkatan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi di luar Jawa secara signifikan.