FKP dengan tuan rumah The SMERU Research Institute dengan narasumber Palmira P. Bachtiar (Peneliti Senior, SMERU), Danang Juffry (Community Manager, Google), Hana Nur Auliana (Corporate Strategy Executive, Waste4Change), dan Benedikta Atika (Impact Investment Lead, ANGIN). Rabu, 26 Oktober 2022.
KEY POINTS:
- Indonesia merupakan rumah bagi banyak startup dan jumlahnya terus bertambah. Indonesia adalah negara kelima dengan pertumbuhan startup tertinggi setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada. Startup teknologi membutuhkan dukungan finansial, program inkubator dan akselerator, serta regulasi pemerintah yang mendukung.
- Talenta digital adalah salah satu kunci pengembangan startup teknologi, startup yang gagal merekrut dan mengembangkan talenta akan jatuh dalam lembah kematian (valley of death). Ekosistem startup perlu dibangun di banyak kota, termasuk luar Jawa dan Bali. Ekosistem lokal akan melayani kebutuhan lokal, tempat stakeholder bertemu, berjejaring dan mengembangkan kebijakan yang mendukung startup. Meskipun sudah banyak dukungan program untuk startup lokal, namun pelaksanaannya masih dalam skala nasional dan dikelola pemerintah pusat. Penyaluran program melalui pemda dan insentif bagi pemda untuk memperkuat ekosistem lokal perlu diperkuat, selain juga meningkatkan ketersediaan dan akses infrastruktur internet.
SUMMARY
- Pemerintah Indonesia telah meletakkan landasan yang kokoh untuk transformasi digital, termasuk upaya untuk mencetak unicorn baru. Startup memiliki peran penting dalam mentransformasikan ekonomi tradisional menjadi ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Indonesia merupakan rumah bagi banyak startup dan jumlahnya terus bertambah. Indonesia adalah negara kelima dengan pertumbuhan startup tertinggi setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada. Startup teknologi membutuhkan dukungan finansial, program inkubator dan akselerator, serta regulasi pemerintah yang mendukung.
- Startup telah menunjukkan pertumbuhan tinggi dalam kurun waktu singkat, khususnya startup yang bergerak di bidang agritech, cleantech, edtech, dan healthtech. Namun, belum ada unicorn dari empat sektor yang berdampak langsung pada pembangunan manusia dan berkelanjutan. Palmira Bachtiar menjelaskan studi tentang talenta digital dalam ekosistem startup teknologi di tingkat kota yang dilakukan oleh SMERU. Studi tersebut mencoba menguraikan bagaimana startup pada keempat sektor tersebut dikembangkan dengan memperbanyak talenta digital dan membangun ekosistem startup tingkat lokal.
- Talenta digital adalah kunci pengembangan startup teknologi, startup yang gagal merekrut dan mengembangkan talenta akan jatuh dalam lembah kematian (valley of death). Ada tiga jalur pengembangan talenta digital: jalur inkubator/akselerator, jalur pendidikan tinggi, dan jalur startup. Dalam jalur inkubator/akselerator, distribusi masih timpang dan kualitas inkubator/akselerator belum optimal, sebagian besar masih terpusat di Jawa dan Bali. Dalam jalur pendidikan tinggi, hasil penelitian dan inovasi belum diberikan ruang yang lebih luas untuk komersialisasi. Sedangkan dalam jalur startup, pendanaan tahap awal dan permintaan terhadap produk startup kerap kali masih terbatas
- Ekosistem startup perlu dibangun di banyak kota, termasuk luar Jawa dan Bali. Ekosistem lokal akan melayani kebutuhan lokal, bahkan ekosistem startup dunia yang paling aktif justru di tingkat kota, tempat stakeholder bertemu, berjejaring dan mengembangkan kebijakan yang mendukung startup. Meskipun sudah banyak dukungan program untuk startup lokal, namun pelaksanaannya masih dalam skala nasional dan dikelola pemerintah pusat. Penyaluran program melalui pemda dan insentif bagi pemda untuk memperkuat ekosistem lokal perlu diperkuat, selain juga meningkatkan ketersediaan dan akses infrastruktur internet.
- Menurut Danang Juffry, Community Manager Google Developers Indonesia, tantangan yang dihadapi inkubator/akselerator antara lain adalah talenta, jaringan, ketidakpastian, dan faktor eksternal seperti aspek politik, ekonomi, dan tren terkini. Peran yang dapat pemerintah pusat dan pemerintah daerah ambil untuk mendukung inkubator/akselerator antara lain adalah membangun ekosistem, mendukung startup rintisan, membangun infrastruktur teknologi, dan menciptakan dan mendatangkan talenta berkualitas. Beberapa rekomendasi antara lain adalah program untuk mengundang talenta teknologi, pelonggaran regulasi usaha dengan skalabilitas yang tinggi, dukungan melewati valley of death, dan membentuk strategi digital yang sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing.
- Dari sisi investasi pada startup, Benedikta Atika dari ANGIN menjelaskan bahwa investor startup saat ini bergerak menuju ESG dan SDG, soonicorn di Indonesia antara lain ada di sektor edtech, agritech, inklusi keuangan. Namun iklim investasi juga tengah menghadapi tantangan, laju investasi startup saat ini cenderung lebih lambat akibat valuasi startup yang lebih hati-hati serta perhatian pada profitabilitas di masa depan. Hal yang menjadi pertanyaan penting juga adalah apakah menjadi unicorn menjadi satu-satunya ukuran kesuksesan suatu startup.
- Hana Nur Auliana dari Waste4Change menjelaskan dukungan dan tantangan yang dihadapi perusahaan cleantech. Cleantech, juga disebut sebagai teknologi bersih, muncul sebagai istilah umum sektor bisnis yang mencakup produk dan layanan yang bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Dalam hal ini, cleantech masih menghadapi banyak tantangan antara lain risiko yang besar karena banyaknya faktor yang berpengaruh pada bisnis modelnya sehingga dana untuk mendapat talenta terbaik lebih kecil dibanding jenis startup lain. Selain itu, talenta tidak melihat opsi pekerjaan di bidang cleantech sebagai karir yang menjanjikan, ditambah dengan ekosistem yang minim dukungan, sehingga talenta enggan untuk bertahan. Cleantech membutuhkan dukungan dan fokus pada tata kelola, yaitu regulasi yang kuat, tersedianya skema kerjasama, dan yang utama pendanaan.